RANGKAIAN DASAR ELEKTRONIKA
(Menggunakan Fungsi Dioda)
1. Multimeter
Multimater
merupakan alat ukur yang digunakanuntuk mengukur tegangan listrik,arus listrik,
dan tahanan (resistansi).Banyak
istilah yang digunakan untuk menyebutkan alat ukur ini, ada yang menyebutkan
AVO meter karena berdasarkan fungsinya alat ini digunakan untuk mengukur
Ampere, Volt, dan OHM, ada yang menyebutnya multitester dan masih banyak lagi
tetapai pada dasarnya semua sama.
Sebelum kita
menggunakannya baiknya kita mengenal terlebih dahulu bagian-bagian dari alat
ukur ini.
.
Alat ini memiliki beberapa fungsi
, antara lain :
a)
Pengukur
dan penguji transistor
b)
Pengukur
dan penguji dioda
c)
Frekuensi
satuan pengukuran hertz
d)
Kapasitansi
pengukuran farad
e)
Hambatan
satuan pengukuran ohm
f)
Arus
listrik satuan pengukuran ampere
g)
Tegangan
AC dan DC satuan pengukuran volt
Berdasarkan tampilan
display atau meter yang digunakan maka multimeter /multitester dibedakan
menjadi 2 jneis yaitu :
1.
Multimeter Analog
Multimeter analog
merupakan jenis multimeter / multitester yang menggunakan display ukur (meter)
dengan tipe jarum penunjuk. Sehingga untuk membaca hasil ukur harus dilakukan
dengan cara melihat posisi jarum penunjuk pada meter dan melihat posisi saklar
selektor pada posisi batas ukur kemudian melakukan perhitungan secara manual
untuk mendapatkan hasil ukurnya. Kondisi atau proses pembacaan hasil ukur yang
masih manual inilah yang menyebabkan multimeter / multitester janis ini
dinamakan sebagai multimeter analog.
2.Multimeter Digital
Multimeter digital
atau sering juga disebut sebagai digital multitester sama merupakan jenis
multimeter yang talah menggunakan display digital sebagai penampil hasil
ukurnya. Hasil ukur yang ditampilkan pada multitester digital merupakan hasil
yang telah sesuai, sehingga tidak perlu dilakukan lagi perhitungan antara hasil
ukur dan batas ukur
.
Fungsi ukur yang
dimiliki setiap multimeter ada beberapa macam tergantung tipe dan merk
multimeter. Akan tetapi pada umumnya setiap multimeter / multitester
memiliki 3 fungsi ukur utama yaitu sebagai alat ukur arus, tegangan dan
resistansi. Berikut adalah beberapa fungsi ukur yang ada pada multimeter.
1.
Ampere Meter
Ampere meter adalah
salah satu fungsi ukur pada multimeter yang berfungsi untuk mengukur arus
listrik. Pada multimeter pada umumnya terdiri dari 2 jenis ampere meter yaitu
ampere meter DC dan amper meter AC. Pada multimeter
analog dan digital pada fungsi ampere meter ini saklar selektor
berfungsi sebagai batas ukur maksimum, oleh karena itu arus yang akan diukur
harus diprediksikan dibawah batas ukur multimeter yang digunakan. Hal ini
bertujuan untuk menghindari kerusakan pada multimeter.
2.
Volt Meter
Volt meter merupakan
fungsi ukur untuk mengetahui level tegangan listrik. Sama halnya dengan fungsi
multimeter sebagai ampere meter. Pada fungsi volt meter ini saklar selektor
yang ada pada multimeter baik digital maupun analog berfungsi sebagaibatas ukur
maksimum, oleh karenaitu harus diprediksikan level tegangan yang akan diukur
harus dibawah nilai batas ukur yang dipilih.
3.
Ohm Meter
Ohm meter merupakan
salah satu fungsi multimeter yang berfungsi untuk mengetahui nilai resistansi
suatu resistor atau komponen elektronika yang memiliki unsur resistansi. Pada
fungsi ohm meter ini untuk multimeter analog saklar selektor berfungsi sebagai
multiplier sedangkan pada multimeter
digital saklar selektor berfungsi sebagai bats ukur maksimum
suatu resistansi yang dapat dihitung oleh multimeter tersebut.
4.
Hfe Meter
Hfe Meter tidak selalu
terdapat pada setiap multimeter, fungsi Hfe meter ini digunakan untuk
mengetahui nilai faktor penguatan transistor. Pada fungsi ini pada umumnya
multimeter yang memiliki fungsi Hfe meter dapat diguanakan untuk mengukur
faktor penguatan transistor tipe NPN dan PNP.
5.
Kapasitansi Meter
Kapasitansi meter
merupakan fungsi yang tidak selalu terdapat pada setiap multimeter. Fungsi
kapasitansi meter ini berguna untuk mengetahui nilai kapastansi suatu
kapasitor. Pada multi meter analog yang telah memiliki fungsi kapasitansi meter
saklar selektor pada fungsi ini berfungsi sebagai multiplier atau faktor
pengali dari nilai yang ditunjukan oleh jarum meter. Sedangkan pada multimeter
digital dengan fungsi kapasitansi meter maka saklar selektor
berfungsi sebagai batas ukur maksimum.
6.
Frekuensi Meter
Frekuensi meter hanya
terdapat pada tipe multimeter digital tertentu. Fungsi frekuensi meter ini
digunakan untuk mengetahui frekuensi suatu sinyal atau isyarat pada suatu
rangkaian elektronika.
A.cara menggunakan multi mater analog
1.
Untuk memulai setiap
pengukuran, hendaknya jarum menunjukkan angka nol apabila
kedua penjoloknya dihubungkan. Putarlah penala mekanik apabila jarum belum
tepat pada angka nol (0).
2.
Putarlah sakelar
pemilih ke arah besaran yang akan diukur, misalnya ke arah DC mA apabila akan
mengukur arus DC, ke arah AC V untuk mengukur tegangan AC, dan ke arah DC V
untuk mengukur tegangan DC.
3.
Untuk mengukur tahanan
(resistor), sakelar pemilih diarahkan ke sekala ohm dan nolkan dahulu
dengan menggabungkan probe positif dan negatif. Apabila belum menunjukkan angka
nol cocokkan dengan memutar ADJ Ohm.
4.
Sambungkan penjolok
warna merah ke jolok positif dan penjolok warna hidam ke jolok negatif.
5.
Untuk pengukuran
besaran DC, jangan sampai terbalik kutub positif dan negatifnya karena bisa
menyebabkan alat ukurnya rusa
B.Cara Menggunakan multimater
digital
Cara menggunakannya
sama dengan multimeter analog, hanya lebih sederhana dan lebih cermat dalam
penunjukan hasil ukurannya karena menggunakan display 4 digit sehingga mudah
membaca dan memakainya.
1.
Putar sakelar
pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap
dipakai.
2.
Hubungkan probenya ke
komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan dengan alat ukur.
3.
Catat angka yang
tertera pada multimeter digital.
4.
Penyambungan probe
tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik karena display
dapat memberitahu.
2.Dioda
Dioda (Diode) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari
bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke
satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Oleh karena itu,
Dioda sering dipergunakan sebagai penyearah dalam Rangkaian Elektronika. Dioda
pada umumnya mempunyai 2 Elektroda (terminal) yaitu Anoda (+) dan Katoda (-)
dan memiliki prinsip kerja yang berdasarkan teknologi pertemuan p-n
semikonduktor yaitu dapat mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda) menuju ke
sisi tipe-n (Katoda) tetapi tidak dapat mengalirkan arus ke arah sebaliknya.
Fungsi
Dioda and Jenis-jenisnya
Berdasarkan Fungsi Dioda, Dioda dapat
dibagi menjadi beberapa Jenis, diantaranya adalah :
- Dioda
Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai penyearah
arus AC ke arus DC.
- Dioda
Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai penstabil
tegangan.
- Dioda
LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu penerangan
- Dioda
Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya
- Dioda
Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali
Baca juga : Pengertian Dioda Bridge dan Prinsip Kerjanya.
Simbol
Dioda
Gambar dibawah ini menunjukan bahwa Dioda
merupakan komponen Elektronika aktif yang terdiri dari 2 tipe bahan yaitu bahan
tipe-p dan tipe-n :
Prinsip
Kerja Dioda
Untuk dapat memperjelas prinsip kerja
Dioda dalam menghantarkan dan menghambat aliran arus listrik, dibawah ini
adalah rangkaian dasar contoh pemasangan dan penggunaan Dioda dalam sebuah
rangkaian Elektronika.
Cara
Mengukur Dioda dengan Multimeter
Untuk mengetahui
apakah sebuah Dioda dapat bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya, maka
diperlukan pengukuran terhadap Dioda tersebut dengan menggunakan Multimeter
(AVO Meter).
Cara
Mengukur Dioda dengan Multimeter Analog
- Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x100
- Hubungkan Probe Merah pada Terminal Katoda (tanda
gelang)
- Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Anoda.
- Baca
hasil Pengukuran di Display Multimeter
- Jarum
pada Display Multimeter harus bergerak ke kanan
- Balikan
Probe Merah ke Terminal Anoda dan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda
gelang).
- Baca
hasil Pengukuran di Display Multimeter
- Jarum harus tidak bergerak.
Cara
Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital
Pada umumnya Multimeter Digital
menyediakan pengukuran untuk Fungsi Dioda, Jika tidak ada, maka kita juga dapat
mengukur Dioda dengan Fungsi Ohm pada Multimeter Digital.
Cara Mengukur Dioda dengan menggunakan
Multimeter Digital
(Fungsi Ohm / Ohmmeter)
(Fungsi Ohm / Ohmmeter)
- Aturkan
Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω)
- Hubungkan
Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)
- Hubungkan
Probe Merah pada Terminal Anoda.
- Baca
hasil pengukuran di Display Multimeter
- Display
harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.64MOhm)
- Balikan
Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda
- Baca
hasil pengukuran di Display Multimeter
- Nilai Resistansinya adalah Infinity (tak terhingga) atau Open Circuit.
Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter
Digital
(Menggunakan Fungsi Dioda)
- Aturkan
Posisi Saklar pada Posisi Dioda
- Hubungkan
Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)
- Hubungkan
Probe Merah pada Terminal Anoda.
- Baca
hasil pengukuran di Display Multimeter
- Display
harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.42 V)
- Balikan
Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda
- Baca
hasil pengukuran di Display Multimeter
- Tidak terdapat nilai tegangan pada Display Multimeter.
Jenis dioda
Jenis - Jenis
Dioda Beserta Fungsinya
1. DIODA PENYEARAH
(RECTIFIER)
2. DIODA ZENER.
3. DIODA EMISI CAHAYA (
LIGHT EMITTING DIODE )
4. DIODA CAHAYA ( PHOTO-DIODE)
5. DIODA VARACTOR.
6.
DIODA SCHOTTKY (SCR)
3.Transistor
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai
sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi
sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran
listrik, di mana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET),
memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber
listriknya.
Transistor
through-hole (dibandingkan dengan pita ukur sentimeter)
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal,
yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya
misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar
daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output
Kolektor.
Transistor merupakan komponen yang sangat
penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor
digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras
suara, sumber listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio. Dalam
rangkaian-rangkaian digital,
transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan
tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga
berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-rangkaian
lainnya.
Cara kerja semikonduktor
Pada dasarnya, transistor dan tabung vakum
memiliki fungsi yang serupa; keduanya mengatur jumlah aliran arus listrik.
Untuk mengerti cara kerja semikonduktor,
misalkan sebuah gelas berisi air murni. Jika sepasang konduktor dimasukan
kedalamnya, dan diberikan tegangan DC tepat di bawah tegangan elektrolisis (sebelum
air berubah menjadi Hidrogen dan Oksigen), tidak akan
ada arus mengalir karena air tidak memiliki pembawa muatan (charge carriers).
Sehingga, air murni dianggap sebagai isolator. Jika sedikit garam dapur dimasukan ke
dalamnya, konduksi arus akan mulai mengalir, karena sejumlah pembawa muatan
bebas (mobile carriers, ion)
terbentuk. Menaikan konsentrasi garam akan meningkatkan konduksi, namun tidak
banyak. Garam dapur sendiri adalah non-konduktor (isolator), karena pembawa muatanya tidak bebas.
Silikon murni
sendiri adalah sebuah isolator, namun jika sedikit pencemar ditambahkan,
seperti Arsenik, dengan sebuah
proses yang dinamakan doping, dalam jumlah yang cukup kecil sehingga tidak
mengacaukan tata letak kristal silikon, Arsenik akan memberikan elektron bebas
dan hasilnya memungkinkan terjadinya konduksi arus listrik. Ini karena Arsenik
memiliki 5 atom di orbit terluarnya, sedangkan Silikon hanya 4. Konduksi
terjadi karena pembawa muatan bebas telah ditambahkan (oleh kelebihan elektron
dari Arsenik). Dalam kasus ini, sebuah Silikon tipe-n (n untuk negatif, karena
pembawa muatannya adalah elektron yang bermuatan negatif) telah terbentuk.
Selain dari itu, silikon dapat dicampur
dengan Boron untuk
membuat semikonduktor tipe-p. Karena Boron hanya memiliki 3 elektron di orbit
paling luarnya, pembawa muatan yang baru, dinamakan "lubang" (hole,
pembawa muatan positif), akan terbentuk di dalam tata letak kristal silikon.
Dalam tabung hampa, pembawa muatan (elektron)
akan dipancarkan oleh emisi thermionic dari sebuah katode yang
dipanaskan oleh kawat filamen. Karena itu, tabung hampa tidak bisa membuat
pembawa muatan positif (hole).
Dapat dilihat bahwa pembawa muatan yang
bermuatan sama akan saling tolak menolak, sehingga tanpa adanya gaya yang lain,
pembawa-pembawa muatan ini akan terdistribusi secara merata di dalam materi
semikonduktor. Namun di dalam sebuah transistor bipolar (atau diode junction)
di mana sebuah semikonduktor tipe-p dan sebuah semikonduktor tipe-n dibuat
dalam satu keping silikon, pembawa-pembawa muatan ini cenderung berpindah ke
arah sambungan P-N tersebut (perbatasan antara semikonduktor tipe-p dan
tipe-n), karena tertarik oleh muatan yang berlawanan dari seberangnya.
Kenaikan dari jumlah pencemar (doping level)
akan meningkatkan konduktivitas dari materi semikonduktor, asalkan tata-letak
kristal silikon tetap dipertahankan. Dalam sebuah transistor bipolar, daerah
terminal emiter memiliki jumlah doping yang lebih besar dibandingkan dengan
terminal basis. Rasio perbandingan antara doping emiter dan basis adalah satu dari
banyak faktor yang menentukan sifat penguatan arus (current gain) dari
transistor tersebut.
Jumlah doping yang diperlukan sebuah
semikonduktor adalah sangat kecil, dalam ukuran satu berbanding seratus juta,
dan ini menjadi kunci dalam keberhasilan semikonduktor. Dalam sebuah metal,
populasi pembawa muatan adalah sangat tinggi; satu pembawa muatan untuk setiap
atom. Dalam metal, untuk mengubah metal menjadi isolator, pembawa muatan harus
disapu dengan memasang suatu beda tegangan. Dalam metal, tegangan ini sangat
tinggi, jauh lebih tinggi dari yang mampu menghancurkannya. Namun, dalam sebuah
semikonduktor hanya ada satu pembawa muatan dalam beberapa juta atom. Jumlah
tegangan yang diperlukan untuk menyapu pembawa muatan dalam sejumlah besar
semikonduktor dapat dicapai dengan mudah. Dengan kata lain, listrik di dalam
metal adalah inkompresible (tidak bisa dimampatkan), seperti fluida. Sedangkan
dalam semikonduktor, listrik bersifat seperti gas yang bisa dimampatkan.
Semikonduktor dengan doping dapat diubah menjadi isolator, sedangkan metal
tidak.
Gambaran di atas menjelaskan konduksi
disebabkan oleh pembawa muatan, yaitu elektron atau lubang, namun dasarnya
transistor bipolar adalah aksi kegiatan dari pembawa muatan tersebut untuk
menyebrangi daerah depletion zone. Depletion zone ini terbentuk karena
transistor tersebut diberikan tegangan bias terbalik, oleh tegangan yang
diberikan di antara basis dan emiter. Walau transistor terlihat seperti
dibentuk oleh dua diode yang disambungkan, sebuah transistor sendiri tidak bisa
dibuat dengan menyambungkan dua diode. Untuk membuat transistor,
bagian-bagiannya harus dibuat dari sepotong kristal silikon, dengan sebuah
daerah basis yang sangat tipis.
Cara kerja transistor
Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada
awalnya ada dua tipe dasar transistor, bipolar junction transistor (BJT
atau transistor bipolar) dan field-effect transistor(FET),
yang masing-masing bekerja secara berbeda.
Disebut Transistor bipolar karena kanal
konduksi utamanya menggunakan dua polaritas pembawa muatan: elektron dan
lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT, arus listrik utama harus
melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone, dan ketebalan lapisan ini
dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur aliran arus
utama tersebut.
FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya
menggunakan satu jenis pembawa muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe
FET). Dalam FET, arus listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit
dengan depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan dengan transistor bipolar
di mana daerah Basis memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari
daerah perbatasan ini dapat diubah dengan perubahan tegangan yang diberikan,
untuk mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut. Lihat artikel untuk
masing-masing tipe untuk penjelasan yang lebih lanjut.
Jenis-jenis transistor
PNP
|
P-channel
|
||
NPN
|
N-channel
|
||
BJT
|
JFET
|
Simbol Transistor dari
Berbagai Tipe
Secara umum, transistor dapat dibeda-bedakan
berdasarkan banyak kategori:
·
Materi semikonduktor:
Germanium, Silikon, Gallium Arsenide
·
Kemasan fisik: Through
Hole Metal, Through Hole Plastic, Surface Mount, IC, dan lain-lain
·
Tipe: UJT, BJT, JFET, IGFET (MOSFET), IGBT, HBT, MISFET, VMOSFET, MESFET, HEMT, SCR serta pengembangan dari transistor
yaitu IC (Integrated
Circuit) dan lain-lain.
·
Polaritas: NPN atau
N-channel, PNP atau P-channel
·
Maximum kapasitas
daya: Low Power, Medium Power, High Power
·
Maximum frekuensi
kerja: Low, Medium, atau High Frequency, RF transistor, Microwave, dan
lain-lain
·
Aplikasi: Amplifier,
Saklar, General Purpose, Audio, Tegangan Tinggi, dan lain-lain
BJT
BJT (Bipolar
Junction Transistor) adalah salah satu dari dua jenis transistor. Cara kerja
BJT dapat dibayangkan sebagai dua diode yang terminal positif atau negatifnya
berdempet, sehingga ada tiga terminal. Ketiga terminal tersebut adalah emiter
(E), kolektor (C), dan basis (B).
Perubahan arus listrik dalam jumlah kecil pada
terminal basis dapat menghasilkan perubahan arus listrik dalam jumlah besar
pada terminal kolektor. Prinsip inilah yang mendasari penggunaan transistor
sebagai penguat elektronik. Rasio antara arus pada koletor dengan arus pada
basis biasanya dilambangkan dengan β atau . β biasanya berkisar
sekitar 100 untuk transistor-transisor BJT.
FET
FET dibagi menjadi dua keluarga: Junction
FET (JFET) dan Insulated
Gate FET (IGFET) atau juga dikenal sebagai Metal Oxide Silicon (atau Semiconductor) FET(MOSFET). Berbeda
dengan IGFET, terminal gate dalam JFET membentuk sebuah diode dengan kanal (materi semikonduktor
antara Source dan Drain). Secara fungsinya, ini membuat N-channel JFET menjadi
sebuah versi solid-state dari tabung vakum, yang juga membentuk sebuah diode
antara grid dan katode. Dan juga,
keduanya (JFET dan tabung vakum) bekerja di "depletion mode",
keduanya memiliki impedansi input tinggi, dan keduanya menghantarkan arus
listrik di bawah kontrol tegangan input.
FET lebih jauh lagi dibagi menjadi tipe enhancement
mode dan depletion mode. Mode menandakan polaritas dari
tegangan gate dibandingkan dengan source saat FET menghantarkan listrik. Jika
kita ambil N-channel FET sebagai contoh: dalam depletion mode, gate adalah
negatif dibandingkan dengan source, sedangkan dalam enhancement mode, gate
adalah positif. Untuk kedua mode, jika tegangan gate dibuat lebih positif,
aliran arus di antara source dan drain akan meningkat. Untuk P-channel FET,
polaritas-polaritas semua dibalik. Sebagian besar IGFET adalah tipe enhancement
mode, dan hampir semua JFET adalah tipe depletion mode.
A. Mengukur Transistor dengan Multimeter Analog
Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Analog
- Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x10k
- Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada Terminal Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
- Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Analog
- Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x10k
- Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada Terminal Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
- Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Catatan :
Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Jarum pada Multimeter Analog harus tidak akan bergerak sama sekali atau “Open”.
Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Jarum pada Multimeter Analog harus tidak akan bergerak sama sekali atau “Open”.
B. Mengukur Transistor dengan Multimeter Digital
Pada umumnya, Multimeter Digital memiliki fungsi mengukur Dioda dan Resistansi (Ohm) dalam Saklar yang sama. Maka untuk Multimeter Digital jenis ini, Pengujian Multimeter adalah terbalik dengan Cara Menguji Transistor dengan Menggunakan Multimeter Analog.
Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Digital
- Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda
- Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada Terminal Emitor (E), Jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
- Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika Display Multimeter nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Digital
- Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda
- Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada Terminal Emitor (E), Jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
- Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
4.Resistor
Resistor | |
---|---|
Tiga buah resistor komposisi karbon
| |
Simbol | (IEE, IEC, EU) (US, JP) |
Tipe | Komponen pasif |
Kemasan | Dua kaki |
Fungsi | Menahan arus listrik |
Resistor merupakan komponen elektronik yang memiliki dua pin dan didesain untuk mengatur tegangan listrik dan arus listrik. Resistor mempunyai nilai resistansi (tahanan) tertentu yang dapat memproduksi tegangan listrik di antara kedua pin dimana nilai tegangan terhadap resistansi tersebut berbanding lurus dengan arus yang mengalir, berdasarkan persamaan huk
Satuan
Satuan yang digunakan prefix :
Konstruksi
Komposisi karbon
Resistor komposisi karbon terdiri dari sebuah unsur resistif berbentuk tabung dengan kawat atau tutup logam pada kedua ujungnya. Badan resistor dilindungi dengan cat atau plastik. Resistor komposisi karbon lawas mempunyai badan yang tidak terisolasi, kawat penghubung dililitkan disekitar ujung unsur resistif dan kemudian disolder. Resistor yang sudah jadi dicat dengan kode warna sesuai dengan nilai resistansinya.
Unsur resistif dibuat dari campuran serbuk karbon dan bahan isolator (biasanya keramik). Resin digunakan untuk melekatkan campuran. Resistansinya ditentukan oleh perbandingan dari serbuk karbon dengan bahan isolator. Resistor komposisi karbon sering digunakan sebelum tahun 1970-an, tetapi sekarang tidak terlalu populer karena resistor jenis lain mempunyai karakteristik yang lebih baik, seperti toleransi, kemandirian terhadap tegangan (resistor komposisi karbon berubah resistansinya jika dikenai tegangan lebih), dan kemandirian terhadap tekanan/regangan. Selain itu, jika resistor menjadi lembab, panas solder dapat mengakibatkan perubahan resistansi dan resistor jadi rusak.
Walaupun begitu, resistor ini sangat reliabel jika tidak pernah diberikan tegangan lebih ataupun panas lebih.
Resistor ini masih diproduksi, tetapi relatif cukup mahal. Resistansinya berkisar antara beberapa miliohm hingga 22 MOhm.
Film karbon
Selapis film karbon diendapkan pada selapis substrat isolator, dan potongan memilin dibuat untuk membentuk jalur resistif panjang dan sempit. Dengan mengubah lebar potongan jalur, ditambah dengan resistivitas karbon (antara 9 hingga 40 µΩ-cm) dapat memberikan resistansi yang lebar.[1] Resistor film karbon memberikan rating daya antara 1/6 W hingga 5 W pada 70 °C. Resistansi tersedia antara 1 ohm hingga 10 MOhm. Resistor film karbon dapat bekerja pada suhu di antara -55 °C hingga 155 °C. Ini mempunyai tegangan kerja maksimum 200 hingga 600 v.[2]
Film logam
Unsur resistif utama dari resistor foil adalah sebuah foil logam paduan khusus setebal beberapa mikrometer.
Resistor foil merupakan resistor dengan presisi dan stabilitas terbaik. Salah satu parameter penting yang memengaruhi stabilitas adalah koefisien temperatur dari resistansi (TCR). TCR dari resistor foil sangat rendah. Resistor foil ultra presisi mempunyai TCR sebesar 0.14ppm/°C, toleransi ±0.005%, stabilitas jangka panjang 25ppm/tahun, 50ppm/3 tahun, stabilitas beban 0.03%/2000 jam, EMF kalor 0.1μvolt/°C, desah -42 dB, koefisien tegangan 0.1ppm/V, induktansi 0.08μH, kapasitansi 0.5pF[3].
Penandaan resistor
Resistor aksial biasanya menggunakan pola pita warna untuk menunjukkan resistansi. Resistor pasang-permukaan ditandas secara numerik jika cukup besar untuk dapat ditandai, biasanya resistor ukuran kecil yang sekarang digunakan terlalu kecil untuk dapat ditandai. Kemasan biasanya cokelat muda, cokelat, biru, atau hijau, walaupun begitu warna lain juga mungkin, seperti merah tua atau abu-abu.
Resistor awal abad ke-20 biasanya tidak diisolasi, dan dicelupkan ke cat untuk menutupi seluruh badan untuk pengkodean warna. Warna kedua diberikan pada salah satu ujung, dan sebuah titik (atau pita) warna di tengah memberikan digit ketiga. Aturannya adalah "badan, ujung, titik" memberikan urutan dua digit resistansi dan pengali desimal. Toleransi dasarnya adalah ±20%. Resistor dengan toleransi yang lebih rapat menggunakan warna perak (±10%) atau emas (±5%) pada ujung lainnya.
Identifikasi empat pita
Identifikasi empat pita adalah skema kode warna yang paling sering digunakan. Ini terdiri dari empat pita warna yang dicetak mengelilingi badan resistor. Dua pita pertama merupakan informasi dua digit harga resistansi, pita ketiga merupakan faktor pengali (jumlah nol yang ditambahkan setelah dua digit resistansi) dan pita keempat merupakan toleransi harga resistansi. Kadang-kadang terdapat pita kelima yang menunjukkan koefisien suhu, tetapi ini harus dibedakan dengan sistem lima warna sejati yang menggunakan tiga digit resistansi.
Sebagai contoh, hijau-biru-kuning-merah adalah 56 x 104Ω = 560 kΩ ± 2%. Deskripsi yang lebih mudah adalah pita pertama berwarna hijau yang mempunyai harga 5, dan pita kedua berwarna biru yang mempunyai harga 6, sehingga keduanya dihitung sebagai 56. Pita ketiga brwarna kuning yang mempunyai harga 104 yang menambahkan empat nol di belakang 56, sedangkan pita keempat berwarna merah yang merupakan kode untuk toleransi ± 2% memberikan nilai 560.000Ω pada keakuratan ± 2%.
Warna | Pita pertama | Pita kedua | Pita ketiga (pengali) | Pita keempat (toleransi) | Pita kelima (koefisien suhu) |
---|---|---|---|---|---|
Hitam | 0 | 0 | × 100 | ||
Cokelat | 1 | 1 | ×101 | ± 1% (F) | 100 ppm |
Merah | 2 | 2 | × 102 | ± 2% (G) | 50 ppm |
Jingga (oranye) | 3 | 3 | × 103 | 15 ppm | |
Kuning | 4 | 4 | × 104 | 25 ppm | |
Hijau | 5 | 5 | × 105 | ± 0.5% (D) | |
Biru | 6 | 6 | × 106 | ± 0.25% (C) | |
Ungu | 7 | 7 | × 107 | ± 0.1% (B) | |
Abu-abu | 8 | 8 | × 108 | ± 0.05% (A) | |
Putih | 9 | 9 | × 109 | ||
Emas | × 10−1 | ± 5% (J) | |||
Perak | × 10−2 | ± 10% (K) | |||
Kosong | ± 20% (M) |
Identifikasi lima pita
Identifikasi lima pita digunakan pada resistor presisi (toleransi 1%, 0.5%, 0.25%, 0.1%), untuk memberikan harga resistansi ketiga. Tiga pita pertama menunjukkan harga resistansi, pita keempat adalah pengali, dan yang kelima adalah toleransi. Resistor lima pita dengan pita keempat berwarna emas atau perak kadang-kadang diabaikan, biasanya pada resistor lawas atau penggunaan khusus. Pita keempat adalah toleransi dan yang kelima adalah koefisien suhu.
Resistor pasang-permukaan
Resistor pasang-permukaan dicetak dengan harga numerik dengan kode yang mirip dengan kondensator kecil. Resistor toleransi standar ditandai dengan kode tiga digit, dua pertama menunjukkan dua angka pertama resistansi dan angka ketiga menunjukkan pengali (jumlah nol). Contoh:
"334" | = 33 × 10.000 ohm = 330 KOhm |
"222" | = 22 × 100 ohm = 2,2 KOhm |
"473" | = 47 × 1,000 ohm = 47 KOhm |
"105" | = 10 × 100,000 ohm = 1 MOhm |
Resistansi kurang dari 100 ohm ditulis: 100, 220, 470. Contoh:
"100" | = 10 × 1 ohm = 10 ohm |
"220" | = 22 × 1 ohm = 22 ohm |
Kadang-kadang harga-harga tersebut ditulis "10" atau "22" untuk mencegah kebingungan.
Resistansi kurang dari 10 ohm menggunakan 'R' untuk menunjukkan letak titik desimal. Contoh:
"4R7" | = 4.7 ohm |
"0R22" | = 0.22 ohm |
"0R01" | = 0.01 ohm |
Resistor presisi ditandai dengan kode empat digit. Dimana tiga digit pertama menunjukkan harga resistansi dan digit keempat adalah pengali. Contoh:
"1001" | = 100 × 10 ohm = 1 kohm |
"4992" | = 499 × 100 ohm = 49,9 kohm |
"1000" | = 100 × 1 ohm = 100 ohm |
"000" dan "0000" kadang-kadang muncul bebagai harga untuk resistor nol ohm
Resistor pasang-permukaan saat ini biasanya terlalu kecil untuk ditandai.
Penandaan tipe industri
Format:
XX YYYZ
[4]- X: kode tipe
- Y: nilai resistansi
- Z: toleransi
Kode Tipe | Rating Daya (Watt) | Teknik MIL-R-11 | Teknik MIL-R-39008 |
---|---|---|---|
BB | ⅛ | RC05 | RCR05 |
CB | ¼ | RC07 | RCR07 |
EB | ½ | RC20 | RCR20 |
GB | 1 | RC32 | RCR32 |
HB | 2 | RC42 | RCR42 |
GM | 3 | - | - |
HM | 4 | - | - |
Toleransi | Teknik Industri | Teknik MIL |
---|---|---|
±5% | 5 | J |
±20% | 2 | M |
±10% | 1 | K |
±2% | - | G |
±1% | - | F |
±0.5% | - | D |
±0.25% | - | C |
±0.1% | - | B |
Rentang suhu operasional membedakan komponen kelas komersil, kelas industri dan kelas militer.
- Kelas komersil: 0 °C hingga 70 °C
- Kelas industri: −40 °C hingga 85 °C (seringkali −25 °C hingga 85 °C)
- Kelas militer: −55 °C hingga 125 °C (seringkali -65 °C hingga 275 °C)
- Kelas standar: -5 °C hingga 60 °C
Adapun langkah pengukuran adalah sebagai berikut :
- Siapkan multimeter.
- tancapkan probe merah pada terminal + dan probe hitam pada terminal – (com). ...
- Baca besar resistor berdasarkan gelang warnanya. ...
- Pilih pengali dengan mengarahkan knop multimeterpada pengali tahanan. ...
- Lakukan kalibrasi alat ukur. ...
- Lakukan pembacaan skala.
Kondensator
Kondensator atau sering disebut sebagai kapasitor adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator memiliki satuan yang disebut Farad dari nama Michael Faraday. Kondensator juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata "kondensator" masih dipakai hingga saat ini. Pertama disebut oleh Alessandro Volta seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Itali condensatore), berkenaan dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi dibanding komponen lainnya. Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris masih mengacu pada perkataan bahasa Italia "condensatore", bahasa Perancis condensateur, Indonesia dan Jerman Kondensator atau Spanyol Condensador.
- Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.
- Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah, tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju.
Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung pada masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut hanya menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih sering didengar. Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun sebaliknya yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).
Kapasitansi
Satuan dari kapasitansi kondensator adalah Farad (F). Namun Farad adalah satuan yang terlalu besar, sehingga digunakan:
- Pikofarad () =
- Nanofarad () =
- Microfarad () =
Kapasitansi dari kondensator dapat ditentukan dengan rumus:
: Kapasitansi
: permitivitas hampa
: permitivitas relatif
: luas pelat
:jarak antar pelat/tebal dielektrik
Adapun cara memperbesar kapasitansi kapasitor atau kondensator dengan jalan:
- Menyusunnya berlapis-lapis.
- Memperluas permukaan variabel.
- Memakai bahan dengan daya tembus besar.
Dielektrik | Permitivitas |
---|---|
Keramik rugi rendah | 7 |
Keramik k tinggi | 50.000 |
Mika perak | 6 |
Kertas | 4 |
Film plastik | 2,8 |
Polikarbonat | 2,4 |
Polistiren | 3,3 |
Poliester | 2,3 |
Polipropilen | 8 |
Elektrolit aluminium | 25 |
Elektrolit tantalum | 35 |
Wujud
Tipe | Jangkauan | Toleransi(%) | Tegangan AC lazim (V) | Tegangan DC lazim (V) | Koefisien suhu(ppm/C) | Frekuensi pancung (MHz) | Sudut rugi () | Resistansi bocoran () | Stabilitas |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Kertas | 10 nF - 10 uF | ± 10% | 500 V | 600 V | 300 ppm/C | 0,1 MHz | 0,01 | 109 | lumayan |
Mika perak | 5 pF - 10 nF | ± 0,5% | - | 400 V | 100 ppm/C | 10 MHz | 0,0005 | 1011 | Baik sekali |
Keramik | 5 pF - 1 uF | ± 10% | 250 V | 400 V | 30 ppm/C | 10 MHz | 0,01 | 108 | Baik |
Polystyrene | 50 pF - 500 nF | ± 1% | 150 V | 500 V | -150 ppm/C | 10 MHz | 0,0005 | 1012 | Baik sekali |
Polyester | 100 pF - 2 uF | ± 5% | 400 V | 400 V | 400 ppm/C | 1 MHz | 0,001 | 1011 | Cukup |
Polypropylene | 1 nF - 100 uF | ± 5% | 600 V | 900 V | 170 ppm/C | 1 MHz | 0,0005 | 1010 | Cukup |
Elektrolit aluminium | 1 uF - 1 F | ± 50% | Terpolarisasi | 400 V | 1500 ppm/C | 0,05 MHz | 0,05 | 108 | Cukup |
Elektrolit tantalum | 1 uF - 2000 uF | ± 10% | Terpolarisasi | 60 V | 500 ppm/C | 0,1 MHz | 0,005 | 108 | Baik |
Jenis
Berdasarkan kegunaannya kondensator dibagi dalam:
- Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah)
- Kondensator elektrolit (Electrolite Condenser = Elco)
- Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-ubah)